https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Demi Anak Juara, Ibu Kayuh Sepeda 27 Km – Layar Indonesia

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Demi Anak Juara,  Ibu Kayuh Sepeda 27 Km

Demi Anak Juara, Ibu Kayuh Sepeda 27 Km

Layarindonesia.com, Malang – Sulastri memang hanya seorang pemulung. Tetapi ia membesarkan anak berbakti dan berbakat seperti Aditya Syaiful Anam (12). Perempuan 37 tahun itu pun rela melakukan apa saja untuk mendukung bakat sang anak, karate.

Termasuk kerelaannya mengayuh sepeda sejauh 27 km untuk mendukung dan menyaksikan anaknya bertanding di kejuaraan karate yang digelar Lembaga Karate-do Indonesia (Lemkari) se-Malang Raya di Lapangan Brawijaya Rampal, Kota Malang pada Minggu (12/9).

“Kami berangkat habis salat Subuh, tole (Aditya) yang minta pakai sepeda. Karena sudah terbiasa bawa sepeda kemana-mana,” kata Sulastri ditemui wartawan di kediamannya, Selasa (14/9/2021).

Sulastri bersama Aditya mengayuh sepeda bersama dari rumahnya di Jenggolo, Kepanjen menuju ke Rampal yang jika diukur menggunakan google map berjarak sekitar 27 km.

Jangan bayangkan sepeda yang mereka kayuh adalah sepeda bagus dengan jenis sepeda gunung, balap, ataupun sepeda lipat. Sepeda yang mereka gunakan adalah sepeda mini yang sangat sederhana dengan sadel sepeda yang sudah koyak dan terkelupas di sana-sini.

Memang hanya sepeda angin saja kendaraan yang mereka punyai. Sulastri yang hanya bekerja sebagai pemulung tidak mampu membeli sepeda motor. Sulastri menuruti keinginan Aditya yang ke lokasi lomba naik sepeda, bukan kendaraan umum.

Dan pengorbanan serta doa Sulastri tak sia-sia. Aditya berhasil menyabet juara Harapan I untuk kategori umum.

“Tole (Aditya) memang ikut karate sejak kecil, giat berlatih dan penuh semangat. Alhamdulillah bisa juara,” ucap Sulastri.

Selepas bertanding, Sulastri dan Aditya tak langsung pulang. Masih dengan sepedanya masing-masing, Aditya mengajak ibunya berkeliling Kota Malang. Pelajar kelas 6 SD Negeri Jenggolo 2 ini ingin melihat beberapa bangunan dan lokasi yang ada di Kabupaten dan Kota Malang. Piala yang didapat diletakkan di keranjang di depan sepeda.

Setelah satu hari yang melelahkan namun menggembirakan itu, mereka kembali kepada rutinitas sehari-hari. Aditya sehari-harinya membantu ibunya mencari barang bekas di sekitar kampungnya. Barang-barang plastik yang bisa dijual itu ditampung di pekarangan rumah Aditya.

“Setiap hari, ikut bantu cari barang-barang bekas. Dia (Aditya) sangat rajin dan tak malu,” kata Sulastri .

Menurut Sulastri, barang-barang yang dipungut dari sekitaran desa tempat tinggalnya itu, dijual untuk kebutuhan sehari-hari dan termasuk membayar biaya pendidikan Aditya.

“Kami biasanya setor, hasilnya untuk keperluan sehari-hari dan bayar buku serta LKS Ipul (panggilan Aditya),” kata ibu tunggal ini.

Mereka memang harus bekerja keras agar bisa hidup. Karena Aditya sendiri merupakan anak yatim yang sama sekali belum pernah melihat bapaknya. Karena sejak dalam kandungan, ia sudah ditinggal meninggal oleh bapaknya. Piala kejuaraan karate tersebut ia persembahkan untuk bapaknya yang sudah meninggal.

“Kemenangan ini untuk bapak yang di surga. Dan juga ibu,” ucap Aditya seraya meneteskan air mata. (dtk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *