LayarIndonesia.com,Surabaya – Legislator meminta Pemerintah Kota Surabaya mengevaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas, menyusul tidak tersedianya oksigen yang siap sedia selama 24 jam untuk pasien di salah satu lokasi.
“Ini untuk menjadi bahan evaluasi supaya tidak menimpa pasien lainnya,” kata anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafii dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Selasa.
Imam mengaku prihatin atas kejadian dimana ada bayi berumur 2,5 tahun yang kejang-kejang dibawa orang tuanya ke Puskesmas Keputih Sukolilo untuk mendapat pertolongan pertama pada Minggu (28/8). Namun, saat di puskesmas tersebut, tidak ada oksigen yang buka 24 jam dan juga tidak adanya layanan Instalasi Rawat Darurat (IRD) .
Mendapati hal itu, bapak dan ibu dari bayi tersebut bergegas ke RS Putri yang tidak jauh dari Puskesmas. Setelah mendapat bantuan pernafasan oksigen melalui hidung, kondisi si bayi pun membaik.
“Anak saya menderita KDS (kejang, demam, sederhana). Kalau tidak segera diberi oksigen bisa merusak syaraf secara permanen,” kata ibu bayi yang juga dokter itu.
Orang tua bayi tersebut kemudian menyampaikan pengalaman pahitnya itu kepada temannya, anggota DPRD Surabaya Imam Syafi’i.
“Oksigen kan wajib ada. Apalagi di IRD, masak tidak siap oksigen,” kata ibu tiga anak ini sembari membandingkan pelayanan di Puskesmas tempat dinasnya dulu di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Senin (29/8) sore, Imam Syafi’i mendatangi Puskesmas Keputih. Politisi Partai Nasdem ini menyampaikan pengaduan masyarakat itu kepada Kepala Puskesmas Drg. Siti Rozaimah.
Imam dan Siti kemudian mengecek ke IRD Puskesmas. Mereka ditemui dr. Maria yang sedang berjaga. Dokter Maria kemudian menunjukkan tabung kecil berisi oksigen, namun tidak ada regulatornya.
“Hari minggu kemarin regulatornya dibawa ambulans Puskesmas bersama emergency kit. Kami dapat tugas P3K di event olah raga di lapangan Mulyorejo,” kata dr. Maria.
Mendapati hal itu, Imam geleng-geleng kepala mendengar cerita ini. “Lantas kalau ada pasien dengan kondisi kritis dan butuh oksigen bagaimana?,” kata Imam menanyakan.
Maria mengatakan, sebetulnya ada dua regulator tabung oksigen di Puskesmas yakni satu di IRD dan satunya lagi di ruang persalinan. Kebetulan pada Minggu siang, regulator di ruang persalinan sedang dipakai ibu yang melahirkan
“Kami sudah lama mengusulkan tambahan regulator ke dinkes. Tapi belum dikasih,” kata Maria.
Sebelumnya Puskesmas Keputih memiliki lima regulator, namun yang tiga rusak setelah sering dipakai saat banyak pasien yang terkena COVID-19 beberapa waktu lalu.
Imam mengaku, sulit diterima akal sehat jika regulator tabung oksigen dipakai gantian di IRD dan ambulans. Apalagi, lanjut dia, harganya tidak mahal hanya ratusan ribu rupiah, tapi keberadaannya sangat vital untuk menyelamatkan nyawa.
Selain itu, sejak tahun 2022, Pemkot Surabaya sudah menetapkan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk menambah pendapatan. Mestinya sebelum jadi BLUD, kata dia, semua sarana dan fasilitas medis dilengkapi dulu.
Menurut Imam, warga memilih mendapat pelayanan kesehatan ke Puskesmas karena dekat dan murah. “Jangan sampai karena murah lalu menomorduakan keselamatan,” kata Imam. Ant