https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Sistem Automasi : Usul Anggota DPR Soroti Kebakaran Lapas Tangerang – Layar Indonesia

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Sistem Automasi : Usul Anggota DPR Soroti Kebakaran Lapas Tangerang

Sistem Automasi : Usul Anggota DPR Soroti Kebakaran Lapas Tangerang

Layarindonesia.com, Jakarta – Anggota Komisi III Fraksi PPP Arsul Sani menyoroti jumlah petugas jaga di Lapas Kelas I Tangerang yang jomplang dengan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Arsul menilai masalah SDM di lapas itu masih menjadi permasalahan saat ini.

“Salah satu persoalan akut lapas itu memang ‘njomplang’-nya jumlah sipir dengan WBP yang harus dijaga. Dikatakan akut karena ini sudah tahunan,” kata Arsul kepada wartawan, Jumat (10/9/2021) malam.

Arsul mengatakan pemerintah harus modernisasi sistem penjagaan di lapas berbasis teknologi jika tidak menambah SDM. Sehingga semua sistem bisa dilakukan secara automatis oleh petugas.

“Contoh yang paling bisa diberikan sentuhan teknologi saja adalah sisi pengamanan dan pengawasan. Buka-tutup pintu sel dan blok mestinya tidak lagi manual oleh petugas lapas, tapi perlu automasi yang dikendalikan dengan teknologi dari ruang kontrol,” ujarnya.

“Tapi rasanya lapas dengan penggunaan teknologi seperti ini belum ada di Indonesia. Akibatnya kekurangan SDM ini bertahun-tahun tambah parah karena pertambahan WBP seperti deret ukur sementara pertambahan SDM seperti deret hitung,” lanjut Arsul.

Tambahan SDM dari TNI/Polri

Arsul menyarankan perlu juga adanya bantuan dengan institusi lain terkait penjagaan lapas. Hal itu bisa dilakukan untuk menambah daya pengamanan lapas.

“Hemat saya perlu juga ada sinergi perbantuan dari institusi lain. Misalnya TNI dan Brimob yang bisa diperbantukan untuk menambah pengamanan lapas. Coba kalau di bagian depan dijaga TNI dan Polri sementara sipir di bagian dalam saja, maka ini juga sudah membantu pengamanan,” tuturnya.

Hal senada disampaikan anggota Komisi III F-PKB Rano Al Fath. Dia juga menyoroti jumlah petugas di Lapas Tangerang yang tidak sebanding dengan jumlah narapidana.

“Kita harus juga memperhatikan petugas lapas apa sesuai jumlahnya apalagi dengan lapas yang overkapasitas. Kami berharap bahwa peristiwa ini menjadi catatan serius bagi perbaikan lapas di masa datang. Harus ada skema sehingga lapas ke depan lebih manusiawi,” kata Rano dihubungi terpisah.

Rano lantas mengusulkan adanya teknologi untuk membuka pintu sel secara automatis. Sehingga menurutnya pintu sel dapat terbuka dengan cepat jika ada kejadian tak diinginkan.

“Harus mulai ada sistem protap yang baru mungkin kalau di luar kan buka sel itu dengan teknologi sekali pencet tombol kebuka, bukan manual seperti sekarang ya harus menjadi perhatian khusus,” ujarnya.

13 Petugas Jaga 2.072 Narapidana saat Insiden Kebakaran Lapas Tangerang

Kebakaran maut di Lapas Kelas I Tangerang merenggut 44 korban jiwa. Saat kebakaran terjadi, hanya ada 13 petugas yang berjaga di lapas yang dihuni 2.072 narapidana (napi) itu pada dini hari tersebut.

“Kalau secara keseluruhan, itu yang jaga 13 ya. Penghuninya ada 2.072, blok hunian ada 7, menara ada 7,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Rika Apriyanti, Kamis (10/9).

Kebakaran maut itu terjadi tepatnya di Blok C2. Blok C2 dihuni oleh 122 napi. Rika mengungkapkan, saat kebakaran melanda, blok yang dipenuhi ratusan napi itu hanya ada satu petugas lapas yang berjaga.

“Semuanya ada 13. Tapi yang di blok itu diatur secara bergantian yang di Blok C2 itu memang ada satu pada saat kejadian ya,” katanya.

Rika menjelaskan, 13 petugas lapas memang digilir secara bergantian untuk menjaga tujuh blok yang ada. Dia pun mengakui jumlah personel yang ada memang tidak seimbang dengan kapasitas lapas yang berlebih.

“Jadi komandan jaga harus menerapkan strategi semuanya agar bisa dijaga. Nah, jadi di menara itu tentunya tidak bisa diisi semua, jadi coba kita coba isi 4 yang posisinya silang. Nah sisanya ada berapa? Kalau komandan jaga kan di tempat komandan jaga kan. Lima kan. Berarti ada sisa 8. Delapan inilah yang diatur oleh komandan jaga untuk melakukan penjagaan di masing-masing blok secara bergantian,” tutur Rika.

“Artinya, begitu besarnya pengelolaan pengawasan kami dengan jumlah seperti itu. Menara juga diisi, keliling luar lingkungan gitu,” imbuh dia.

Namun dia sekali lagi menegaskan tidak hanya satu petugas yang menjaga lapas kala kebakaran terjadi.

“Jadi bukannya hari waktu itu cuma ada satu. Di Blok C saja, di blok yang lain kan diisi semua. Menara juga diisi, keliling luar lingkungan gitu. Bergilir disebar termasuk juga shift naik ke menara pengawasan itu. Nah, memang jadi strategi yang dikerahkan kepada komandan jaga, bagaimana semuanya bisa terawasi secara baik gitu,” ungkap Rika. (dtk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *