https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

PENDIDIKAN – Page 5 – Layar Indonesia

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Penghentian PTM, Ratusan Guru dan Siswa di Kota Bogor Positif Covid-19

Penghentian PTM, Ratusan Guru dan Siswa di Kota Bogor Positif Covid-19

Layarindonesia.com, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Bogor, Jawa Barat, mengungkapkan, 561 guru dan siswa terpapar Covid-19 dari klaster sekolah. Karena itu dapat dimaklumi jika Satgas Covid-19 belum mengizinkan pembelajaran tatap muka (PTM) di semua jenjang.

”Jadi penghentian PTM, bukan dispendik yang menentukan, tapi satgas. Tapi memang salah satunya mungkin melihat angka positif Covid-19 itu,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi seperti dilansir dari Antara di Kota Bogor.

Hanafi menyebutkan, penyebaran kasus positif Covid-19 terdapat di 31 sekolah dari semua jenjang. Dari 561 orang positif Covid-19 itu, sebanyak 342 orang tidak bergejala, 160 bergejala ringan, 36 gejala sedang berat, dan 23 belum diketahui.

Semua data itu, kata Hanafi, bersumber dari Dinas Kesehatan Kota Bogor. Sebab, yang mengawasi penularan penyakit virus korona tersebut kewenangan dinkes.

Dengan begitu, dinas pendidikan hanya sebagai pelaksana kebijakan akhir dari Wali Kota Bogor mengenai pelaksanaan pembelajaran baik secara jarak jauh maupun tatap muka. Kebijakan tersebut dituangkan melalui surat keputusan Wali Kota yang telah dua kali diperbarui pada Februari.

”Pertama, pada menerbitkan Surat Keputusan (SK) Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Nomor 01/STPC/02/2022 yang menghentikan PTM di semua jenjang selama satu pekan, 2–7 Februari,” terang Hanafi.

Saat ini, lanjut dia, penghentian tersebut diperpanjang dengan Surat Edaran (SK) Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Nomor 02/STPC/02/2022 dari tanggal 8–14 Februari. ”Pekan depan diperpanjang atau tidak, saya belum tahu. Kami menunggu kebijakan Satgas selanjutnya,” ucap Hanafi.

Sambil menunggu kebijakan tersebut, Hanafi menjelaskan, seluruh jenjang sekolah di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Kota Bogor taat terhadap aturan dengan tidak melaksanakan PTM. (jps)

Dirjen Diksi : SMK Siap Terapkan Kurikulum Prototipe, ini alasannya

Dirjen Diksi : SMK Siap Terapkan Kurikulum Prototipe, ini alasannya

Layarindonesia.com, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto menyampaikan SMK siap untuk menerapkan kurikulum prototipe.

Diketahui, sekolah yang menyatakan siap adalah mereka yang tergabung dalam program SMK Pusat Keunggulan (PK). Saat ini terdapat 900 SMK yang mengikuti program tersebut.

“Lalu juga kurikulum prototipe sudah diujicoba di SMK PK, 95 persen dari SMK PK itu menyatakan bahwa itu cocok sekali, mulai dari kepala sekolah, guru dan siswa juga,” tuturnya dalam Kick Off G20 on Education and Culture, Rabu (9/2).

Ia membeberkan alasan kenapa SMK menyatakan kesiapannya untuk memakai kurikulum prototipe. Salah satunya adalah orientasi yang lebih luas dibanding sebelumnya.

“Karena lebih memastikan tidak hanya hardskill tapi juga softskill dan menciptakan pembelajar mandiri sepanjang hayat,” kata dia.

Selain itu, dirinya juga meminta kepada perguruan tinggi vokasi untuk lebih fleksibel dalam membuat kurikulum. Seperti mengajak kolaborasi industri untuk bisa cocok dengan kebutuhan saat ini.

“Ini kita juga dorong di perguruan tinggi, kurikulum itu jangan terlalu kaku, kurangi materi, lebih fleksibel dan lebih memastikan link and match, bergotong royong dengan industri itu klop,” tutup Wikan. (jps)

Presidensi G20, Kemendikbduristek Siap Bawa 4 Isu Utama Pendidikan

Presidensi G20, Kemendikbduristek Siap Bawa 4 Isu Utama Pendidikan

Layarindonesia.com, Indonesia akan bertugas sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan Presidensi G20. Dalam sesi education working group, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi (Kemendikbudristek) akan menjadi pemimpin kelompok kerja.

Dalam sesi tersebut, Kemendikbudristek akan menyiapkan empat isu utama pendidikan yang akan dibahas. Isu pertama adalah pendidikan berkualitas atau universal quality education.

“Isu ini berangkat dari tantangan untuk mendorong akses dan pemerataan pendidikan di semua tingkatan, khususnya pada kelompok-kelompok yang rentan dalam upaya pemulihan pasca Covid-19,” terang Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek, Iwan Syahril dalam Kick Off G20 on Education and Culture, Rabu (9/2).

Iwan menyampaikan bahwa isu ini merupakan komitmen Indonesia dalam mewujudkan kesetaraan pendidikan yang berkualitas. Untuk isu kedua berkaitan dengan teknologi digital dalam pendidikan atau digital tech in education.

“Pada bagian ini kita ingin menajamkan diskusi dan solusi bagaimana teknologi digital bisa menjadi jawaban atas permasalahan akses kualitas dan keadilan sosial di bidang pendidikan,” sampainya.

Isu ketiga yakni mencerminkan solidaritas dan kemitraan atau solidarity and partnership. Iwan mengatakan bahwa ini akan berkaitan dengan kearifan budaya bangsa Indonesia, yaitu gotong royong.

“Kita ingin menawarkan kearifan budaya bangsa kita sebagai solusi dalam reimagine the future, karena kita percaya hanya dengan saling mendukung dan bekerjasama kita bisa maju dan menyelesaikan persoalan-persoalan pendidikan global,” jelas dia.

Isu terakhir adalah masa depan dunia kerja pasca pandemi Covid-19 atau the future of work post Covid-19. Dirinya meyakini bahwa kebutuhan dunia kerja pasca Covid-19 akan mengalami perubahan besar.

“Maka itu dunia harus melakukan reimajinasi bagaimana pendidikan dapat menjawab tantangan dunia di masa datang,” tutup Iwan. (jps)

Survei KPAI : 25 Persen Orang Tua Peserta Didik Usul Hentikan PTM

Survei KPAI : 25 Persen Orang Tua Peserta Didik Usul Hentikan PTM

Layarindonesia.com, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaksanakan survei singkat persepsi orangtua terkait dengan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah melonjaknya kasus Omicron di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Survei singkat ini diikuti oleh 1.209 partisipan.

Responden yang menyetujui kebijakan PTM 100 persen berjumlah 61 persen, sedangkan yang tidak menyetujui kebijakan tersebut berjumlah 39 persen. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti pun menggarisbawahi pernyataan tidak setuju PTM 100 persen tersebut.

Ada sejumlah masukan dari responden kepada pemerintah daerah seiring meningkatnya kasus Covid-19 saat ini, terutama Omicron, yaitu menghentikan sementara PTM hingga 14 hari usai liburan Idul fitri sebanyak 4 persen dan hentikan sementara PTM sampai Maret 2022 sebanyak 11 persen.

Terdapat masukan juga untuk menghentikan sementara PTM sampai tahun ajaran baru Juli 2022 dengan 10 persen dan kembali ke PTM dengan kapasitas 50 persen sebanyak 25 persen. Tetap PTM 100 persen asalkan patuh protokol kesehatan dan anak langsung pulang ke rumah sebanyak 47 persen dan jawaban lainnya 4 persen.

“Usulan para orang tua dalam survei ini tetaplah mendukung pelaksanaan PTM, hanya saja mereka ingin kapasitasnya dikurangi menjadi 50 persen saja, mengingat sulitnya jaga jarak saat proses pembelajaran di dalam kelas dan dalam ruangan tertutup selama beberapa jam, ini beresiko tinggi penularan. Bahkan ada 25 persen orangtua yang ingin PTM dihentikan dahulu,” ujar dia, Selasa (8/2).

Retno menambahkan, usulan PTM dihentikan dahulu ini diangka yang cukup besar, yaitu 25 persen orang tua peserta didik, meskipun dihentikannya sampai kapan berbeda-beda. Ada orangtua yang mengusulkan hingga usai 14 hari libur Idul Fitri sebesar 4 persen, sampai Maret 2022 dengan 11 persen dan sampai tahun ajaran baru sebanyak 10 persen.

“Suara orangtua yang meminta PTM dihentikan terlebih dahulu karena Indonesia memasuki gelombang ketiga dan angka kasus Covid-19 di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, sangat amat patut menjadi pertimbangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,” tutur dia.

“Atas dasar konvensi Hak Anak, di masa pandemic Negara harus mengutamakan keselamatan anak diatas segalnya. Hak hidup nomor 1, hak sehat nomor 2 dan hak pendidikan di nomor 3, urutannya seharusnya demikian,” pungkas Retno. (jps)

Wamenag Zainut imbau Perguruan Tinggi Keagamaan Kawal Sosialisasi Moderasi Beragama

Wamenag Zainut imbau Perguruan Tinggi Keagamaan Kawal Sosialisasi Moderasi Beragama

Layarindonesia.com, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi mengimbau segenap sivitas akademika perguruan tinggi keagamaan (PTK) untuk terus mengawal keberlangsungan upaya penguatan moderasi beragama di tengah masyarakat. “Perguruan tinggi keagamaan harus dapat mengawal keberlangsungan penguatan moderasi beragama di tengah masyarakat,” ujar dia, Minggu (6/2).

“Dituntut peran aktif sivitas perguruan tinggi keagamaan untuk membumikan moderasi beragama di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara,” sambungnya.

Selain menjadi program prioritas Kemenag, moderasi beragama harus dapat dipahami secara benar serta diimplementasikan. “Jangan sampai terjadi pendangkalan pemahaman akan arti moderasi beragama yang sesungguhnya,” jelas dia.

Menurut Wamenag, PTK berperan penting dalam menangkal nilai-nilai dan pemahaman ekstrem berkembang di tengah dunia pendidikan. “Pertanyaan terbesar kita adalah bagaimana kiat PTK dalam mengakselerasi program tersebut di tengah masyarakat?” terangnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap untuk mampu menjawab serta menjadi penggerak implementasi moderasi beragama. Apalagi disampaikan olehnya bahwa banyak negara lain yang ingin belajar soal kerukunan umat beragama dengan Indonesia.

Di mata negara lain, Indonesia telah mampu merajut persatuan dan kesatuan meski memiliki ragam suku, budaya, bahasa dan agama. Dan kehidupan umat bergama di Indonesia berjalan dengan harmonis.

“Berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah yang memiliki sedikit suku dan budaya namun peperangan kerap terjadi sehingga banyak korban tidak bersalah berjatuhan,” pungkasnya. (jps)

Semua Kampus Miliki Satgas Penanganan Kekerasan Seksual Taget Tahun 2022

Semua Kampus Miliki Satgas Penanganan Kekerasan Seksual Taget Tahun 2022

LayarIndonesia.com, Jakarta – Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan tahun 2022 ini pihaknya menargetkan agar seluruh perguruan di Indonesia memiliki Satgas pencegahan dan penanganan kekerasan seksual sebagai salah satu implementasi Permendikbud 30.

“Dalam implementasi Permen PPKS target selanjutnya adalah pada tahun ini, semua perguruan tinggi di Indonesia memiliki satgas pencegahan dan penanganan kekerasan seksual,” kata Nadiem dalam survei SMRC yang disiarkan secara daring.

Nadiem pun sudah mendapatkan banyak laporan bahwa sejumlah kampus sudah menindaklanjuti pembentukan satgas tersebut. Ia pun berharap penerapan Permendikbud 30 dapat melibatkan banyak pihak.

“Dan saya dengar banyak kampus yang langsung menindaklanjuti dan mengadakan diskusi untuk membedahi isi Permen ini, melakukan sosialisasi bahkan sudah ada yang memulai proses pembentukan Satgas,” ucapnya. Continue reading →

Tim Gabungan UNAIR Berangkat Ke Semeru

Tim Gabungan UNAIR Berangkat Ke Semeru

layarIndonesia.com- Surabaya – Setelah satu bulan menjadi relawan letusan Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur, tim relawan gabungan pulang. Diwakili oleh Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) dan BEM, mereka menghadap Dekan FK UNAIR di Ruang Sidang A. Selain silaturahmi, mereka juga melaporkan kegiatan sekaligus evaluasi agar lebih baik ke depan.

Direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, Sp.B(K) melaporkan tim gabungan yang terdiri dari UNAIR dengan beberapa fakultasnya termasuk FK, RSUD Dr. Soetomo, RSUA, IKA UNAIR dan IKA FK UNAIR dan Dinkes Jatim langsung terjun ke lokasi setelah erupsi terjadi pada tanggal 4 Desember 2021 lalu. “Kami langsung bergerak cepat, 18 jam setelah kejadian kami menerjunkan tim untuk survey dan disusul tim dokter dan relawan yang lain,” jelasnya. Continue reading →

Kemendikbudristek Siapkan 3 pilihan Kurikulum di awal 2022

Kemendikbudristek Siapkan 3 pilihan Kurikulum di awal 2022

Layarindonesia.com, Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), pandemi Covid-19 telah menimbulkan kehilangan pembelajaran literasi dan numerasi yang signifikan.

Untuk itu, Kemendikbudristek pun menyusun Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Kurikulum Prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.

Jadi, mulai tahun 2022 kurikulum nasional memiliki tiga opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh satuan pendidikan untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19, yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan) dan Kurikulum Prototipe.

Plt Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno menjelaskan bahwa dalam pengembangan Kurikulum Prototipe, Kemendikbudristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran hingga asesmen.

“Untuk Kurikulum Prototipe ini, satuan pendidikan diberikan otoritas, dalam hal ini guru, sehingga sekolah memiliki keleluasaan. Karena yang dituntut adalah capaian pembelajaran di tiap fase. Dalam Kurikulum Prototipe, ada fase A, B, C, D, dan E. Fase-fase ini memberikan keleluasaan pada guru bagaimana mencapai capaian pembelajaran di masing-masing fase,” ujar dia dalam keterangannya, Rabu (22/12).

Dengan begitu, operasional pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan di satuan pendidikan. Sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar dan contoh kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.

“Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar Pancasila,” katanya. (jwp)

Komisi X Elnino : Rekrutmen Guru PPPK Dinilai Melukai Perasaan Guru Honorer

Komisi X Elnino : Rekrutmen Guru PPPK Dinilai Melukai Perasaan Guru Honorer

Layarindonesia.com, Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk guru mengalami hambatan, baik untuk tahap pertama dan kedua. Salah satunya adalah terkait pengumuman hasil seleksi guru PPPK mengalami penundaan dari waktu yang telah ditentukan akibat beberapa hal.

Bukan itu saja, afirmasi yang minim, khususnya untuk guru dengan masa pengabdian yang lama pun dirasa tidak sesuai. Untuk itu, Anggota Komisi X DPR RI Elnino M Husein Mohi mengatakan bahwa ini menimbulkan kekecewaan yang besar atas rekrutmen tersebut.

“Harapan yang besar itu akhirnya justru menuai kekecewaan yg besar pula bagi sebagian guru honorer karena mereka justru kesulitan menembus tes PPPK tersebut,” jelas dia dalam keterangan resminya, Senin (20/12).

Selain itu, faktor umur dan kemampuan pribadi dalam hal teknologi, serta tidak terbiasa dengan soal-soal tes menjadi masalah yang sulit teratasi oleh sebagian guru honorer. Padahal, para guru honorer tersebut sudah puluhan tahun mengajar dan mendidik murid-murid mereka.

“Demi apa? Bukan demi uang, tapi karena mereka tidak tega melihat anak-anak di sekitarnya belajar tanpa jumlah guru yang memadai,” imbuhnya.

Menurutnya, mereka telah menghibahkan diri mereka, waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan doa mereka demi masa depan para generasi penerus bangsa. Bahkan, sampai rela hidup meksipun kurang mendapatkan kesejahteraan demi mengajar dan mendidik banyak orang.

“Ada banyak contoh di semua daerah betapa seorang guru (honorer) tak mampu membiayai anaknya sendiri yang ingin melanjutkan sekolah. Mereka benar-benar menjadi pahlawan bagi banyak anak masa depan, tapi benar-benar tanpa tanda jasa,” ujar Politisi Fraksi Partai Gerindra itu.

Bagi dia, tanda jasa untuk para pengabdi inilah yang menjadi tugas Negara untuk memberikannya. Setidaknya, jasa mereka diberi tanda penghargaan dalam rekrutmen PPPK ini, berupa penambahan nilai terhadap mereka berdasarkan umur, lama pengabdian dan medan juang, yakni tingkat kesulitan daerah pengabdian.

“Tapi, ternyata dalam rekrutmen PPPK tahap I dan II, afirmasi itu diberikan oleh negara sangat minim, sehingga para guru honorer itu kalah bersaing dengan anak-anak muda yang memang kualitas hasil tesnya bagus walaupun pengabdiannya belum lama dalam dunia guru,” tegasnya.

Wajarnya, para guru yang sudah mengabdi belasan dan puluhan tahun itu diangkat tanpa tes. Mereka pun sudah berpengalaman dalam mendidik murid. “Itu baru bisa dibilang ada tanda jasa dari negara untuk mereka. Kalau pun tetap harus tes seperti kemauan Kemendikbudristek, maka afirmasi terhadap mereka mesti lebih besar, yang memperbesar peluang mereka lulus tes,” ungkapnya. “Semoga Presiden Joko Widodo memberi empatinya kepada mereka melalui Kemendikbudristek, KemenPAN-RB, Kemendagri dan Kemenkeu, dan kemudian membuat kebijakan yang bikin para guru honorer itu tersenyum serta makin mencintai negara Republik Indonesia,” tutur Elnino. (jwp)

KPAI Jasra Putra : Kasus Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan segera ditangani serius

KPAI Jasra Putra : Kasus Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan segera ditangani serius

Layarindonesia.com, Angka peristiwa kejahatan seksual belakangan ini menjadi kegetiran semua masyarakat. Relasi yang tidak imbang antara pelaku dan korban juga menggeramkan banyak orang.

Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra pun mengaku bingung akan ketimpangan yang ada di dunia pendidikan, khususnya terkait kekerasan seksual yang jarang sekali muncul ke publik.

“Seperti tidak ada yang mampu berbuat lebih, dengan barisan korban yang begitu banyak, bahkan ada yang memilih bunuh diri (kasus mahasiswi Universitas Brawijaya) sebelum mendapat keadilan,” jelas dia, Senin (13/12).

“Sebegitu timpangkah perlakukan hukum di mata para korban, sehingga tidak ada keberanian melawan malah memutuskan bunuh diri,” tanyanya heran.

Begitu juga kisah guru pesantren bejat di Bandung, Jawa Barat yang berlangsung dalam rentang 2016-2021 sampai tidak ada yang bisa mendeteksi dan melapor, padahal sudah lahir bayi-bayi. Dirinya heran kenapa kasus ini tidak dilaporkan segera.

“Ada apa dengan orang tua para korban di Bandung? Sebegitu misteriusnya kisah-kisah di balik peristiwa kejahatan seksual. Apakah polisi, jaksa dan hakim perlu upaya ekstra mengungkapnya, agar pelaku terjerat hukum dan benar-benar tuntas,” imbuhnya.

Banyak sekali peristiwa yang masih membingungkan masyarakat. Untuk itu, dia berharap agar pihak berwenang dan stakeholder dapat lebih serius dalam menangani kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

“Korban baik yang masih hidup dan meninggal mendapat keadilan agar tidak meninggalkan korban satupun,” tandas Jasra.

(jwp)